(SEJARAH)-Jauh sebelum Gajah Mada lahir pada tahun 1290 masehi, Marco Polo pelaut asal Italia sudah hadir sebagai “singa” lautan yang berprofesi sebagai pedagang, jasa eksebisi, jasa utusan (atau mungkin juga jasa perjalanan wisata-red). Marco Polo lahir tahun 1254 di Italia atau 39 tahun sebelum Majapahit berdiri tahun 1293 masehi. Saat Marco Polo lahir kerajaan Singasari sudah berdiri di tanah Jawi selama 32 tahun. Artinya Marco Polo mulai berlayar merintis usaha dagang internasional di masa Kerajaan Singasari.
Di jamannya, konon Marco Polo dan pasukannya tampil sebagai pelaut yang paling produktif mencatat perjalanan internasionalnya termasuk perjalanan dagang dari Eropa dan Asia khususnya negeri China dan nusantara. Marco Polo adalah penghubung “Jalan Sutra” dan “Jalan Rempah” via laut, sejumlah catatan menyebut Marco Polo sangat dekat dengan Kaisar Mongol Khubilai Khan. Sementara sejaman dengan itu di tanah Jawa Kerajaan Singasari juga sedang berjaya.
Konon Marco Polo mulai bergabung menjadi pelaut pada usia 15 tahun di Venesia, Ia belajar sebagai pelaut dengan pamannya yang sebelumnya sudah pernah melakukan perlayaran dagang ke Asia hingga China dan sempat bertemu Khubilai Khan. Selanjutnya Marco Polo melanjutkan usaha ayahnya menyusuri “Jalan Sutra” dan “Jalan rempah” di nusantara. Marco Polo pun dekat dengan Khubilai Khan dan pada tahun 1292 masehi Marco Polo sempat singgah di pelabuhan kerajaan Samudra Pasai di Aceh (percis di tahun runtuhnya Kerajaan Singasari).
Jika di runut dari angka tahun, profesi dan kedekatan Marco Polo dengan Kaisar Mongol Khubilai Khan, maka sangat mungkin Marco Polo telah “membukakan jalan” bagi Khubilai Khan untuk ingin menguasai Singasari di Tanah Jawi.
Di masa kejayaan Raja Singasari Kertanegara (yang berkuasa tahun 1268 -1292 masehi) kaisar Mongol Khubilai Khan bekali-kali mengirim utusan ke Singasari yaitu tahun, 1280, 1281, 1286 dan utusan Monggol keempat kalinya tahun 1289 bernama Mang Qi wajahnya di rusak oleh Kertanegara. Peritiwa itu membuat Khubilai Khan marah dan menyusun kekuatan untuk menyerang Singasari. Benar, 4 tahun kemudian yaitu tahun 1293 masehi, Monggol mengirim pasukan untuk menyerbu Singasari. Sayang saat pasukan Monggol tiba di tanah Jawa Kertanegara mangkat karena ada gejolak politik kekuasan di lingkaran Istana. Singasari runtuh tahun 1992 masehi dan lanjut berdiri kerajaan Majapahit tahun 1293 masehi.
Di awal berdirinya kerajaan Majapahit dibawah pemerintahan raja pertama Raden Wijaya (1293 masehi) lanjut hingga masa pemerintahan raja kedua Prabu Sri Jayanegara (1309-1328 masehi).Dilihat dari angka tahun sangat mungkin Marco Polo dengan usaha dagangnya masih beroperasi karena Marco Polo baru meninggal pada tahun 1324 Masehi-dimakamkan di San Lorenzo Italia.
Sementara di tanah Jawi dinamika kerajaan Majapahit terus bergerak dinamis. Pada masa raja Majapahit kedua yaitu Prabu Jayanegara karier Gajah Mada mulai cemerlang. Ia diangkat jadi Patih di Majapahit tahu 1313 masehi dan terus menanjak menjadi Maha Patih pada tahun 1334 masehi lanjut menjadi Maha Patih Hamengku Bumi tahun 1336 masehi di masa Raja Majapahit ketiga yaitu Tribhuwana Tungga Dewi dan saat upacara pelantikan sebagai Maha Patih Hamengku Bumi itulah Gajah Mada menyampaikan janjinya yang dikenal dengan “Sumpah Palapa”.
Kebali kedepan, sebelum Marco Polo meninggal tahun 1324 masehi artinya masih ada rentang waktu 32 tahun bagi Marco Polo bersama usaha dagangnya berkesempatan berinteraksi dengan Kerajaan Majapahit. Sangat mungkin utusan dagang Marco Polo masih berulang kali bolak balik ke tanah Jawi/Majapahit dan kapal dagangnya berlabuh di pelabuhan dagang internasional milik Kerajaan Majapahit yaitu Pelabuhan Tuban dan Ujung Galuh (dekat Tanjuk Perak sekarang).
Singkat cerita, bisa kita bayangkan, di masa Marco Polo menjalankan usaha dagang internasional, jalur laut nusantara khususnya Jawa dan Sumatra pasti sangat ramai sehingga dampak global mulai dirasakan oleh raja-raja Jawa dan Sumatra saat itu. Di tahun-tahun berikutnya langkah antisipasi pengaruh global (baca persaingan dagang Indonesia, Eropa dan China- red) mulai dilakukan dimasa Kerajaan Singasari dan Majapahit. Tercatat di masa pemerintahan Raja Singasari Kertanegara, muncul program “deplomasi politik dan militer” yang dikenal dengan “Ekspedisi Pamalayu” ke kerajaan Melayu di Sumatra pada tahun 1275-1286 masehi. Begitu juga saat era Kerajaan Majapahit, dimasa patih Gajah Mada pada tahun 1336 masehi muncul Sumpah Palapa. Kedua peristiwa penting itu sangat jelas terlihat berlatar adanya pengaruh dan tekanan global dimasa itu sehingga penting membangun rasa persatuan dikalangan raja dan rakyat nusantara yang memiliki identitas dan karakteristik budaya yang sama. Misi “deplomasi politik dan militer” Gajah Mada untuk menyatukan kekuatan nusantara pun akhirnya terpaut dengan kerajaan Bali saat itu. Deplomasi politik dan militer Gajah Mada di Bali pun dinyatakan berhasil pada tahun 1343 Masehi.
Apakah misi besar menyatukan nusantara di era kerajaan besar tanah Jawa selalu mudah? Teryata tidak. Misi besar Eksebisi Pamalayu di jaman Singasari akhirnya melemah karena ada pergolakan di dalam negeri. Demikian juga di masa Majapahit, penolakan misi Gajah Mada terjadi di beberapa wilayah, sebut saja kerajaan Samudra Pasai di Aceh, Sunda Galuh (Jabar) dan Bedahulu di Bali. Nampaknya deplomasi politik dan militer tidak selalu ampuh untuk menyatukan nusantara, keberhasilan mulai dicapai oleh Gajah Mada ketika dilakukan “deplomasi budaya”.
Dunia terus bergerak, Marco Polo telah membuka “peta jalan perdagangan global” hingga ke “negeri rempah” nusantara (peta jalan rempah nusantara-red), tekanan dan persaingan global pun terus terjadi. Kerajan Majapahit melemah, negara bagian melepaskan diri, Majapahit dinyatakan runtuh tahun 1478 masehi. Setelah itu menyusul datang lagi ke wilayah nusantara bangsa Portugis untuk misi dagang dan jauh setelah itu sekitar 278 tahun setelah Marco Polo meninggal tepatnya tanggal 20 Maret 1602 berdiri kantor cabang VOC di Batavia dan berkantor pusat di Amsterdam Belanda. Sejak itu pengaruh kerajaan-kerajaan di nusantara semakin melemah, konplik dalam negeri kerajaan pun dimanfaatkan oleh VOC menjadi senjata ampuh “devide at impera” (politik adu domba). Pasca VOC Hindia Belanda menguasai tanah nusantara. Hingga awal tahun 1900 an mulai muncul kalangan terpelajar dengan organisasi modern pertama yaitu Boedi Oetomo tahun 1908 di Batavia. Lanjut tahun 1930-1940 an muncul pergerakan menuju Indonesia merdeka, Sukarno salah satu yang tampil sebagai tokoh berpengaruh, Sukarno banyak belajar tentang sejarah, ide pergerakan menuju Indonesia merdeka banyak terinspirasi dan belajar dari sejarah nusantara lama dan pengaruh bangsa asing hingga kolonialisme Hindia Belanda. Republik Indonesia pun merdeka tahun 1945. Jadi sangat tepat menjelang akhir kekuasaannya, pada Hut RI tanggal 17 Agustus 1966 Sukarno berpidato dihadapan ribuan rakyatnya dengan judul “Jas Merah”. Akankah sejarah kembali terulang? (*)
Oleh : Made Nurbawa /Tabanan, 7 Pebruari 2021
Poto : diambil dari internet